Senin, 17 Mei 2010

Pedagogi dan Andragogi


Salah satu teori belajar dan pembelajaran orang dewasa yang cukup terkenal adalah gagasan andragogi dari Malcom S. Knowles (1913-1997). Pada tahun 1970 Knowles membedakan cara mengajar kepada anak yang disebut pedagogi dengan cara mengajar kepada orang dewasa yang dinamakan andragogi. Knowles berkeyakinan bahwa cara orang dewasa belajar sangat berbeda dengan cara anak belajar. Menurut Knowles, pedagogi berasal dari istilah Yunani paid (anak) dan agogus (membimbing); sementara andragogi dari istilah Yunani aner, andr (orang dewasa) dan agogus( pembimbing). Pedagogy means specifically “the art and science of teaching children” while andragogy “is the art and science of helping adults learn.” (1970:37,38). Dalam pemahaman Knowles, untuk membina peserta didik dewasa cara mengajar untuk anak tidak berlaku lagi, atau haruslah ditinggalkan. Sebenarnya Knowles mengembangkan konsep belajar orang dewasa yang sebelumnya dibangun oleh Edward Lindeman (1885-1953) dalam karyanya The Meaning of Adult Learning.

Akan tetapi di tahun 1980 Knowles merubah pemahamannya bahwa pedagogi dan andragogi tidak harus dipertentangkan, tetapi saling melengkapi dalam pendidikan orang dewasa. Pembelajaran orang dewasa menurut Knowles bahkan dapat bertolak dari pedagogi kepada andragogi. Tentang cara belajar orang dewasa, Knowles memiliki asumsi sebagai berikut:

1- Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya.

2- Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya.

3- Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya.

4- Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari berpusat pada bahan pengajarankepada pemecahan-pemecahan masalah.

5- Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin tahu.

Berdasarkan tulisannya di tahun 1993 perbedaan asumsi pedagogi dan andragogi yang dikemukakan Knowles itu dapat dikemukakan sebagai berikut:

ASSUMSI DASAR

Tentang

Pedagogis

Andragogis

Konsep diri peserta didik

Pribadi yang bergantung kepada gurunya

Semakin mengarahkan diri (self-directing)

Pengalaman peserta didik

Masih harus dibentuk daripada digunakan sebagai sumber belajar

Sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri dan orang lain

Kesiapan belajar peserta didik

Seragam (uniform) sesuai tingkat usia dan kurikulum

Berkembang dari tugas hidup & masalah

Oriensi dalam belajar

Orientasi bahan ajar (subject-centered)

Orientasi tugas dan masalah (task or problem centered)

Motivasi bbelajar

Dengan pujian, hadiah, dan hukuman

Oleh dorongan dari dalam diri sendiri (internal incentives, curiosity)

Knowles (1993) juga melihat perbedaan proses pembelajaran orang dewasa dengan anak-anak dalam tujuh aspek utama, yaitu suasana, perencanaan, diagnosa kebutuhan, penentuan tujuan belajar, rumusan rencana belajar, kegiatan belajar dan evaluasinya.

UNSUR-UNSUR PROSES

Suasana

Tegang, rendah dalam mempercayai, formal, dingin, kaku, lambat, orientasi otoritas guru, kompetitif dan sarat penilaian.

Santai, mempercayai, saling menghargai, informal, hangat, kerjasama, mendukung.

Perencanaan

Utamanya oleh guru

Kerjasama peserta didik dengan fasilitator

Diagnosa kebutuhan

Utamanya oleh guru

Bersama-sama: pengajar dan peserta didik.

Penetapan tujuan

Utamanya oleh guru

Dengan kerjasama dan perundingan

Desain rencana belajar

1. Rencana bahan ajar oleh guru

2. Penuntun belajar (coursesyllabus) dibuat guru.

3. Sekuens logis (logical sequence)pembelajaran oleh guru.

1. Perjanjian belajar (learningcontracts)

2. Projek belajar (learningprojects)

3. Urutan belajar atas dasar kesiapan (sequenced by readiness)

Kegiatan belajar

1. Tehnik penyajian (transmittaltechniques)

2. Tugas bacaan (assigned readings)

1. Projek untuk penelitian (inquiry projects)

2. Projek untuk dipelajari(learning projects)

3. Tehnik pengalaman(experiential techniques)

Evaluasi belajar

1. Oleh guru

2. Berpedoman pada norma (on acurve)

3. Pemberian angka

1. Oleh peserta didik berdasarkan evidensi yang dipelajari oleh rekan-rekan, fasiltator, ahli. (by learner-collected evidence validated by peers, facilitators, experts).

2. Referensinya berdasarkan criteria (criterion-referenced)

Kebutuhan peserta didik harus diperhatikan

Andragogi mengsumsikan bahwa orang dewasa belajar dengan efektif apabila kebutuhannya dikenali dan dipenuhi. Vlodkowski (1986) mengemukakan bahwa teori kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow yakni: physiological needs, safety needs, love and belogingness needs, esteem needs, dan self actualization needs, harus dipertimbangkan oleh pengajar di dalam merencanakan dan mengelola kegiatan belajar bersama orang dewasa.

Pengikut Knowles lainnya, Jane Vella (1993), menegaskan bahwa analisis kebutuhan harus menempati urutan pertama dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa supaya terjadi relevansi dan makna. Memahami dan mengenali kebutuhan dari siapa yang akan mengikuti kegiatan belajar, menurut Vella, akan menentukan langkah dalam menentukan alasan, tujuan, isi, tempat dan proses pembelajaran. Vella mengusulkan interview dengan anggota kelompok atau yang mewakilinya dapat memberi masukan tentang minat dan kebutuhan belajar.

Sementara itu Knowles (1980) melihat ada dua jenis kebutuhan peserta didik, yaitu kebutuhan pribadi dan kebutuhan pendidikan. Kebutuhan pribadi itu adalah:

1. Physical needs – to see, to hear, to be comfortable, for rest at a minimum.

2. Growth needs – they are development in knowledge, understanding, skills, attitudes, interests and appreciation. When people are aware of having new competencies they are motivated to learn.

3. The need for security – protection against threat to healthy self-respect and self-image. “It is this need that motivates people to be coutious and reserved in a strange setting.” (p. 85). When this need is not met people may withdraw from participating in learning, or they may protect themselves by taking over, controlling and dominating.

4. The need for new experience – adventure, excitement, and risk; new friends, new ways of doing things and new ideas. New experience brings people to find new friends, new interests, new ideas and new thing to do their tasks. “People tend to become bored with too much routine, too much security. When their need for new experience is frustrated, they tend to develop such behavioral symptoms as restlessness, irritability, impulsiveness, or indifference.” (p. 85).

5. The need for affection or social needs – close relationship with people who will listen to ideas and feelings, as well as expectations. When people realized they are liked by others, they are motivated for self sacrifice, and cause them to cooperate with those with similar interests and needs.

6. The need for recognition – the need to have status, position in group; the need to be admired, or respected by people for what one’s is doing (pp.84-87).

Kebutuhan pendidikan menurut Knowles ialah kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki peserta didik dengan kompetensi yang seharusnya dituntut oleh masyarakat atau lapangan kerja. Kesenjangan itulah yang harus dipenuhi melalui kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Pengetahuan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik? Seberapa banyak pengetahuan yang dibutuhkan itu? Sikap dan nilai hidup apa yang diperlukannya? Kompetensi kepribadian, kecakapan dan keterampilan apa yang dibutuhkan untuk menunaikan tugasnya? Kalau kesenjangan kompetensi itu tidak diketahui, atau diabaikan, maka kegiatan belajar menjadi tidak relevan dengan kebutuhan peserta didik.

Disamping itu, Knowles mengemukakan adanya minat (interest) yang dibawa peserta didik ke dalam kegiatan belajarnya. Minat itu terkait dengan hal-hal yang disukai (liking) atau pereferensi (preference). Minat peserta didik jelas dapat berubah karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Minat itu dapat saja terkait dengan dunia seni, olah raga, keagamaan, keterampilan tehnik, keterampilan sosial, dan kepribadian.

Menurut Knowles, ada banyak cara pengajar dan intitusi pendidikan untuk mengetahui kebutuhan dan minat peserta didiknya, antara lain:

1- From the individual themselves – through interviews, group discussions or questionnaire: projective questionnaire or sentence-completion questionnaire.

2 – From people in “helping roles” with individuals: konselor; tokoh agama; rohanian; wali mahasiswa; sponsor.

3 – From the mass media.

4 – From the professional literature: psikologi, sosiologi, antropologi, politik.

5 – From organizational and community surveys (1980: 93-100).

Menurut pemahaman saya, perkara lain yang patut diketahui para pengajar mengenai peserta didiknya ialah gaya belajar mereka. David Kolb, salah satu dari sejumlah teori di bidang ini, mengemukakan empat jenis gaya belajar. Kolb membangun konsep itu berdasarkan asumsi bahwa di dalam kegiatan belajar orang melibatkan empat aspek yaitu pikiran (konseptualisasi abstrak); perasaan (pengalaman konkrit); pengamatan (observasi reflektif); dan perbuatan (eksperimentasi aktif). Setiap individu menurut Kolb hanya mempunyai kecenderungan mengkombinasikan dua cara atau aspek, dan sebab itu muncullah empat jenis gaya belajar yakni: the assimilator; the accommodator; the diverger; dan the converger (Nasution, 1988:111-115). The assimilator, membentuk pemahamannya dengan cara konseptualisasi abstrak (pemikiran, logika) dan observasi (pengamatan) reflektif. The accommodator, meningkatkan kompetensi dirinya dengan eksperimentasi aktif (apa yang telah dan sedang dikerjakan; tugas-tugas) dan pengalaman konkrit (nyata). The converger, membangun pengertiannya dengan cara berpikir atau konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif. The diverger, membangun pengetahuannya dengan pengalaman konkrit dan pengamatan reflektif.

Cara lain memahami gaya belajar itu ialah dari pendekatan neuropsychology. DePorter & Hernacki (1992) mengemukakan bahwa menurut konsep ini manusia memiliki dua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan yang fungsinya berbeda. Otak kiri merupakan tempat orang berpikir secara logis, berpikir linear, sistematik, tatabahasa, kalkulasi. Dengan belahan otak kanan orang merasakan, bekerja secara random (acak), menyukai irama, memahami ruang (space) dan gerak. Selain itu, orang menyusun persepsinya dengan dua cara, yakni: abstrak (ide, konsep) dan konkrit (contoh nyata, tindakan). Kombinasi dari dua aspek ini melahirkan empat gaya berpikir atau gaya belajar yakni:

1) Sekuensial Konkrit (SK) – dominasi otak kiri dengan persepsi konkrit – mengutamakan petunjuk kerja yang jelas; berpikir logis dan sistematis; juga praktis; serta cenderung bekerja sendirian (individual).

2) Sekuensial Abstrak (SA) – dominasi otak kiri dengan persepsi abstrak – teoritis, konseptual, menyukai gagasan sehingga kurang praktis; juga cenderung bekerja sendirian (individual).

3) Acak Konkrit (AK) – dominasi otak kanan dengan persepsi konkrit – membangun pemahaman bertolak dari evidensi, kenyataan; tidak menyukai hal-hal logis dan sistematis; atau lebih menuruti intuisi.

4) Acak Abstrak (AA) – dominasi otak kanan dengan persepsi abstrak – mengembangkan pemahaman bertolak dari suasana relasi; perasaan; kerjasama dengan orang; sulit di dalam menyusun gagasan secara logis dan sistematis.

Belakangan ini para ahli pendidikan mulai mencermati konsep multiple intelligence ahli pendidikan dari Universitas Harvard, Horward Gardner. Menurut Gardner (1993) kecerdasan manusia tidak patut hanya diukur dari kemampuan linguistic dan matematis atau logikanya sebagaimana selama ini dilakukan para ahli psikologi. Berdasarkan hasil risetnya yang dilakukan lintas budaya, Gardner melihat tujuh macam kecerdasan manusia yaitu: 1) linguistik; 2) musikal; 3) logiko-matematik; 4) kinestesik; 5) spasial; 6) natural; 7) personal (interpersonal dan intrapersonal). Thomas Amstrong (1999) adalah salah seorang sarjana yang merumuskan alat uji (test) dalam hal kercerdasan berganda dari Ganrner ini, serta mengemukakan implikasinya dalam pendidikan dan pembelajaran.

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA


Nama : Dian Adiprana Tyagita
NIM : 09105241013
Jurusan : Teknologi Pendidikan
Fakultas : Ilmu Pendidikan

Abstrak

Sejarah merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu bangsa tak terkecuali bangsa Indonesia. Pancasila yang dapat disebut ruh dari bangsa Indonesia juga memiliki sejarah yang perlu kita pahami. Apabila merunut kembali kapan Pancasila mulai dikenal terutama nilai – nilai idealnya dapat dipahami jika kita melihat masa lalu.
Masuknya agama besar di Nusantara menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Sebelum negara Indonesia terbentuk terdapat banyak kerajaan di Nusantara. Terdapat dua kerajaan besar yang berjaya pada masa lampau, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Dua kerajaan itu memiliki wilayah yang sangat luas hampir seperti Indonesia sekarang. Namun kerajaan besar tersebut mulai runtuh saat Islam masuk. Pada abad 16 bangsa Eropa mulai masuk ke Nusantara dan terjadi perubahan dalam pandangan masyarakat seperti paham – paham baru. Datangnya bangsa Belanda telah membuat kesengsaraan bagi rakyat pribumi. Keadaan tersebut juga mendapat kritikan dari golongan humanis yang menghedaki untuk menghapus tanam paksa. Van Deventer juga mengusulkan agar Belanda melakukan Trias: irigasi, emigrasi(transmigrasi) dan edukasi. Ternyata dengan adanya program edukasi telah menjadi bumerang bagi Belanda. Sifat perlawanan mulai berubah dari kedaerahan menjadi modern. Belanda semakin terdesak setelah Jepang masuk ke Indonesia. Dan perpindahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang terjadi.
Jepang pada mulanya memberikan janji manis pada Indonesia tetapi tidak jauh berbeda dengan Belanda. Kemiskinan dan kesengsaraan terjadi di mana-mana. Setelah Sekutu mulai mendesak Jepang maka janji Jepang untuk memerdekaan Indonesia diberikan. Sebagai realisasinya dibentuklah BPUPKI dan melakukan sidang tentang pembentukan dasar Negara. Terdapat 3 tokoh yang merencanakan dasar Negara tersebut, mereka adalah Mr. Muh Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Kemudian dibentuk panitia Sembilan yang pada akhirnya menghasilkan dasar negara yang dikenal sebagai Piagam Jakarta. Kemudian dibentuk PPKI. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia resmi merdeka. PPKI melakukan sidang membahas kelengkapan negara. Inilah sejarah panjang lahirnya Pancasila sebagai dasar negara dan lahirnya Indonesia sebagai negara merdeka.

A.Pendahuluan

Sejarah merupakan suatu hal yang sangat penting dari sebuah negara. Sejarah bagaikan ruh dari sebuah negara. Bahkan karena pentingnya suatu sejarah, presiden RI pertama yaitu presiden Soekarno berkata jangan sekali-kali melupakan sejarah. Cakupan dari sejarah Indonesia sangatlah luas. Salah satunya adalah sejarah Pancasila. Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Apabila merunut kembali kapan Pancasila mulai dikenal terutama nilai-nilai idealnya dapat dipahami jika kita melihat masa lalu. Baik nilai intrinsik maupun ekstrinsik dalam Pancasila menunjukkan seberapa pentingnya nilai-nilai tersebut. Pancasila merupakan perwujudan nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia yang telah dipikirkan secara matang oleh para pendiri bangsa. Pancasila memiliki sifat yang sangat luas dan dinamis. Nilai dari Pancasila dapat berkembang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kematangan dari Pancasila ini tidak secara instan tercipta, namun melalui proses yang panjang untuk mendapatkan sebuah dasar yang dipakai sebagai panutan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki banyak sekali fungsi. Salah satunya adalah sebagai suatu patokan dalam bertindak, sebagai filter dari budaya asing dan masih banyak lagi fungsi yang lain. Di dalam artikel ini akan dibahas beberapa persoalan yaitu sejak kapan Pancasila mulai dikenal dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana seluk beluk lahirnya Pancasila, latar belakang dibalik peristiwa lahirnya Pancasila dan kelengkapan negara lainnya. Setelah membaca artikel ini diharapkan pembaca mampu memahami sejarah lahirnya Pancasila dan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya, mampu melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.



B.Pembahasan

Masuknya agama-agama besar di Nusantara merupakan suatu bukti bahwa telah dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Agama di sini merupakan suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Agama yang pertama masuk adalah agama Hindu. Agama Hindu masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 dan berasal dari India. Peninggalan yang berupa candi-candi masih dapat kita temui seperti candi Prambanan. Kemudian agama yang lain adalah agama Budha. Agama ini diajarkan oleh Sidharta Gautama. Sidharta Gautama merupakan orang yang telah mencapai kesempurnaan Budhisme. Agama ini mengajarkan bahwa kesengsaraan adalah bagian kehidupan yang tidak terpisahkan dan orang dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dengan menyucikan mental dan moral diri pribadi. Banyak sekali kerajaan di Indonesia yang bercorak pada agama Hindu-Budha. Diantaranya adalah Sriwijaya, Kutai, Taruma, Mataram, Singasari, dan kerajaan-kerajaan di Bali. Kedua agama tersebut cukup lama berpengaruh di seluruh aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Bahkan tradisi Jawa sekarang merupakan akulturasi dari budaya Hindu.
Agama yang ketiga yang mendasari latar belakang sejarah Indonesia adalah agama Islam. Agama Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Agama Islam merupakan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad melalui wahyu Allah SWT. Proses Islamisasi di Indonesia dilakukan oleh para wali. Kapan tepatnya agama Islam masuk ke Indonesia masih belum jelas, namun pada abad ke-13 sudah ada pemeluk Islam di Nusantara dengan bukti adanya peninggalan sejarah. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada masyarakat karena pengaruh agama. Hal tersebut dapat dilihat pada aspek sosial-ekonominya. Penyelenggaraan perdagangan di kota-kota pelabuhan menyebabkan terjadinya komunikasi secara terbuka. Kota-kota pelabuhan tidak hanya menciptakan kontak sosial namun juga menyediakan ruang sosial untuk perubahan dan pembaharuan. Adanya toleransi memungkinkan beberapa sistem kepercayaan saling bereksistensi secara berdampingan. Menganut suatu kepercayaan baru dapat dilakukan dengan menimbulkan konflik yang minimal. Di kota-kota pelabuhan terdapat protagonist Islam, seperti di Tuban. Gaya hidup masyarakat Islam di Tuban berkembang menunjukkan campuran antara Islam dan Jawa-Hindu. Penguasa Tuban sejak lama mampu mempertahankan otonominya, sehingga pemeluk agama Islam tidak akan menimbulkan tentangan hebat dari Majapahit.
Di sisi lain persaingan perdagangan telah menimbulkan pengelompokan pedagang. Seiring dengan tersebarnya agama Islam maka agama Hindu-Budha mulai mengalami kemerosotan. Gambaran persebaran Islam menunjukkan proses yang cepat, terutama sebagai dakwah para wali dalam penyebaran Islam di Jawa. Selain itu perdagangan juga membawa kontak dengan bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol dan Belanda. Bangsa asing ini selai berdagang juga menyebarkan agama. Agama Khatolik dan agama Kristen kemudian juga diterima di Nusantara. Pada saat Indonesia merdeka terdapat lima agam yang diakui, diantaranya adalah Hindu, Budha, Islam, Khatolik, Kristen. Setelah adanya reformasi agama Kong Hu Chu juga diterima dan menjadi agama ke enam yang diakui negara.
Sebelum Indonesia lahir bentuk pemerintahan adalah kerajaan. Banyak sekali kerajaan yang berdiri pada masa itu, baik yang berbentuk kerajaan besar maupun kerajaan kecil dan tersebar luas di Nusantara. Dari kerajaan – kerajaan tersebut tercatat ada dua kerajaan besar yang sangat penting bagi sejarah Indonesia. Kerajaan itu adalah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dalam bahasa Sansekerta sri berarti bercahaya dan wijaya berarti kemenangan. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang sangat mengandalkan kekuatan laut juga mengembangkan bidang pendidikan yang terlihat pada universitas agama Budha yang terkenal di Asia. Bukti awal adanya kerajaan Sriwijaya adalah tulisan dari seorang pendeta Tiongkok yang bernama I-Tsing yang menulis bahwa ia dating ke Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan. Menurut bukti sejarah Sriwijaya terletak di wilayah Palembang yang sangat terkenal sebagai pusat ziarah agama Budha. Menurut berita Cina, Sriwijaya terkenal sebagai pusat agama Budha. Raja-raja tampil sebagai pelindung agama Budha dan dikenal sangat taat pada ajaran agama.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis itulah Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan transito sehingga dapat menimbun barang baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang sangat kuat sehingga mampu menjamin keamanan jalur pelayaran menuju Sriwijaya, sehingga banyak para pedagang yang singgah di Sriwijaya. Kehidupan sosial Sriwijaya juga meningkat pesat terutama pada bidang pendidikan yang hasilnya adalah Sriwijaya menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Disebutkan oleh berita I-Tshing bahwa terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar di Sriwijaya di bawah bimbingan pendeta terkenal yaitu Sakyakirti. Kerajaan Sriwijaya juga memiliki hubungan yang erat dengan India. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan baik dengan raja Dewa Paladewa dari India. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan kekuasaannya melalui politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Dengan demikian kerajaan Sriwijaya bukan lagi menjadi kerajaan senusa atau satu pulau, tetapi sudah menjadi kerajaan antar nusa karena memiliki kekuasaan di beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama karena memiliki kekuasaan yang luas dan memiliki peran penting di Asia Tenggara.
Pada abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai wilayah sebagian besar Sumatra, dan Semenanjung Malaka serta sebagian barat pulau Jawa atau sunda. Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran karena mendapatkan serangan dari beberapa kerajaan seperti serangan raja Dharmawangsa, serangan dari kerajaan Colamandala dari India Selatan. Pada abad ke-13 pula dikatakan bahwa kerajaan Sriwijaya muncul kembali bahkan dengan kekuatan yang lebih hebat. Hal ini sesuai dengan berita Cina. Keruntuhan kerajaan Sriwijaya diperkirakan pada tahun 1477 ketika kerajaan Majapahit mengirim pasukan untuk menaklukkan Sumatra termasuk Sriwijaya. Pada permulaan abad ke-15 muncul beberapa kerajaan Islam di bagian utara pulau Sumatra, dan ini berarti berakhirnya beberapa kerajaan Hindu dan Budha di Sumatra.
Kerajaan kedua yang wilayahnya hamper seluruh nusantara adalah kerajaam Majapahit. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu yang berada di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293. Pada masa pemerintahan hayam Wuruk (1350-1389) yang didampingi oleh patih yaitu Patih Gadjah Mada, Majapahit mengalami kejayaan. Raden Wijaya sebenarnya adalah menantu raja Singasari. Dia melarikan diri pada saat penyerangan kerajaan Singasari oleh raja Jayakatwang dari Kediri. Raden Wijaya melarikan diri ke hutan Tarik. Kemudian di hutan inilah Raden Wijaya membuat sebuah desa dan pada akhirnya menjadi pusat kerajaan Majapahit.

Daerah kekuasaan Majapahit meliputi daerah-daerah Sumatra bagian baarat hingga ke daerah-daerah Maluku dan Irian di bagian timur (sekarang Papua). Kekuasaan Majapahit diluaskan ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara dalam bentuk persahabatan. Gadjah Mada sebagai patih pada masa pemerintahan Hayam Wuruk telah menjadikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Dengan Sumpah Palapanya, Gadjah Mada telah membuktikan pengabdiannya pada Majapahit. Meninggalnya Gadjah Mada (1364) dapat dianggap merupakan detik-detik awal keruntuhan Majapahit dan semakin mundur dengan wafatnya Hayam Wuruk (1389). Kapan keruntuhan Majapahit juga terdapat banyak versi yang berbeda, tetapi dari berita Portugis dan Italia mengatakan bahwa pada permulaan abad ke-16 kerajaan Majapahit masih berdiri. Akan tetapi berdasar berita lain menyatakan pada tahun 1518-1521 penguasaan Majapahit beralih dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam.
Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai masuk ke Nusantara dan terjadilah perubahan politik kerajaan yang berkaitan dengan perebutan hegemoni. Bangsa barat yang masuk ke Indonesia antara lain adalah Portugis, Spanyol, Inggris. Namun yang pada akhirnya menjajah Indonesia dalam waktu yang lama adalah Belanda. Belanda telah meletakkan dasar-dasar militernya pada tahun 1630an guna mendapat hegemoni para pedagang. Sebagai perwakilan dagang belanda di Indonesia, Belanda mendirikan VOC yang berpusat di Batavia dan mulai mampu menguasai perdagangan di beberapa wilayah di Nusantara. Kekuasaan Belanda dimulai dari Indonesia bagian Timur sebagai rempah-rempah yaitu dari Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara sampai Jawa. Dengan demikian kekuasaan raja di Nusantara harus berhadapan dengan Belanda. Sebelumnya jika terjadi persaingan antar keluarga kerajaan atau antar kerajaan maka Belanda akan mendukung salah satunya. Jika berhasil maka Belanda akan mendapat imbalan yang menguntungkan baik dari segi ekonomis maupun politis. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799, kemudian aset-asetnya diambil oleh pemerintah Belanda. Kekuasaan Belanda terus berlangsung sampai Jepang merebutnya pada tahun 1942.
Dengan adanya hubungan dengan bangsa asing ini maka telah terjadi perubahan pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru seperti liberalism, demokrasi, nasionalisme. Paham-paham ini sebenarnya telah berkembang di Eropa pada abad 18 namun baru masuk dan berkembang di Indonesia pada abad ke 20 awal. Pada tahun 1870 Belanda telah membuat kebijakan untuk daerah koloninya yang disebut Hindia-Belanda ini dengan “liberalisasi”. Ide-ide liberal yang berkembang di Belanda telah memberikan pengaruh yang kuat terutama dalam bidang ekonomi. Ajaran liberalism ini adalah menghendaki dilaksanakannya usaha-usaha bebas dan pembebasan kegiatan ekonomi dari campur tangan pemerintah. Diantara golongan liberal ada juga golongan humanis. Golongan ini adalah golongan yang menghendaki untuk dihapusnya tanam paksa. Tanam paksa memang sangat menguntungkan bagi Belanda namun sangat menyengsarakan rakyat pribumi. Usaha penghapusan tanam paksa ini terus digalakkan oleh golongan humanis dan liberal hingga tanam paksa sedikit demi sedikit mulai dihapuskan. Pada tahun 1870 dianggap sebagai batas akhir berlakunya tanam paksa dan dikeluarkannya beberapa undang-undang diantaranya adalah Undang-Undang Agraria yang mengatur bagaimana pengusaha swata memperoleh tanah untuk usahanya, Undang-Undang Gula yang mengatur pemindahan perusahaan-perusahaan gula ke tangan swasta. Kaum liberal dinilai kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat sehingga banyak mendapatkan kritik. Kritikan itu misalnya dari C. Th. Van Deventer yang menulis di majalah de Gids yang berjudul Een Ereschuld atau Dept of Honour atau Balas Budi. Dalam majalah ini Van Deventer mengatakan bahwa kesejahteraan Belanda diperoleh dari kerja dan jasa rakyat Indonesia sehingga Belanda mempunyai hutang budi pada rakyat Indonesia. Usaha dari balas budi Belanda antara lain adalah adanya trias yaitu irigasi, emigrasi (transmigrasi), dan edukasi. Dalam bidang pendidikan Belanda telah menyelenggarakan pendidikan pada tingkat yang sangat rendah. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja tingkat rendah, mandor dan pelayan yang mampu membaca namun upah mereka masih lebih rendah dari upah pelayan kulit putih. Beberapa sekolah menengah dan sekolah tinggi juga dibuka namun rakyat pribumi tidak mungkin bersekolah sampai tingkatan tersebut dikarenakan biaya yang sangat mahal. Sampai abad ke 19 perlawanan terhadap Belanda masih bersifat tradisional. Perlawanan ini masih mengandalkan kekuatan gaib dan bergantung pada pemimpin yang berkarisma yang dianggap oleh pengikutnya mempunyai kesaktian. Perlawanan seperti ini akn berakhirt jika pemimpin pasukan ini tertangkap ataupun terbunuh.
Setelah tahun 1900 perlawanan perlawanan terhadap Belanda mulai mengalami perubahan. Perlawanan lebih bersifat nasional, memakai senjata, taktik modern dan menggunakan diplomasi. Perlawanan lebih terorganisir dan memikirkan masa depan bangsa. Perkembangan pendidikan barat mulai menggeser pendidikan tradisional seperti pondok pesantren, wihara-wihara. Adanya homogenitas agama di Indonesia yaitu 90% Islam dapat melahirkan suatu rasa nasionalisme dan persatuan. Nasionalisme dapat mengalami penguatan pada masyarakat yang memiliki agama yang sama, bahasa yang sama. Bahasa Belanda mulai di larang digunakan dan diganti dengan bahasa Melayu. Hal ini tidak disangka oleh Belanda bahwa penggunaan bahasa mampu melahirkan suatu persatuan dan nasionalisme. Belanda juga menyesalkan tindakan pemberian pendidikan barat kepada bangsa Indonesia, terutama kaum elite. Dari perkembangan pendidikan barat ini telah menjadi bumerang karena telah mampu membuka mata rakyat Indonesia. Belanda juga mengkhawatirkan perkembangan Islam. Agama Islam bukan hanya sekedar ikatan biasa, namun juga merupakan simbol kelompok untuk melawan penjajahan. Kemudian utuk mengatasi hal ini pemerintah Belanda menjamin agar rakyat pribumi yang mendapatkan pendidikan mendapatkan pengawasan yang ketat oleh pemerintah Belanda. Belanda juga sangat ketat terhadap persebaran agama Islam dan proses Islamisasi. Hal ini dimaksudkan agar bangsa Indonesia tidak bangkit dan berkembang melawan Belanda. Dari hal ini dapat diketahui bahwa perlawanan terhadap Belanda dengan model barat sudah semakin tegas dilaksanakan.
Pada saat itu juga tanpa diduga Jepang mampu mengalahkan Sekutu di Pearl Harbour. Penyerangan ini dilakukan pada tanggal 8 Desember 1941. Kemudian pemerintah Jepang mengambil alih pemerintahan Indonesia atas Belanda pada tahun 1942. Pada awalnya Jepang mendapatkan sedikit dukungan dari rakyat Indonesia karena Jepang memberikan sebuah janji untuk memerdekakan dan memajukan Indonesia. Namun pada kenyataannya Jepang juga merebut kebebasan dan membuat ratyak sengsara. Janji Jepang baru mulai terlihat pada saat Jepang mulai terdesak oleh Sekutu. Sekutu segera bangkit dan mulai merebut daerah kekuasaan Jepang. Karena merasa terdesak Jepang berusaha mendapatkan bantuan dari Indonesia. Hal ini terlihat pada saat Perdana Menteri Kaiso pada 7 September 1944 berpidato di parlemen Jepang yang isinya akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Kaiso Deklaration”. Namun janji ini dirasakan sangat terlambat. Kemudian sebagai bentuk realisasinya, Jepang pada tanggal 29 April 1945 tepatnya pada hari ulang tahu Kaisar Hirohito memberikan janji kedua yaitu memberikan kemerdekaan tanpa syarat pada Indonesia. Kemudian dibentuklah badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan BPUPKI atau dalam istilah Jepang adalah Dokuritsu Zyunbi Tioosakai. Kemudian diangkatlah Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua. BPUPKI mulai menjalankan tugasnya pada tanggal 28 Mei 1945 yang kemudian dimulai dengan upacara pembukaan dan pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 diadakan sidang. Yang menjadi pembicara dalam sidang itu adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Kemudian Muh. Yamin mengutarakan pidatonya. Dari pidatonya beliau mengusulkan dasar negara adalah sebagai berikut:
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri Ketuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat

Pidato yang kedua adalah pidato dari Mr. Soepomo. Menurut Mr. Soepomo, di dalam ilmu negara terdapat beberapa aliran pikiran tentang negara, yaitu:
Pertama, aliran pikiran perseorangan atau individualis. Menurut aliran ini negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak seluruh orang dalam masyarakat itu.
Kedua, aliran pikiran berdasar golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels dan Lenin. Di sini negara dianggap sebagai alat oleh suatu golongan untuk menindas golongan lain. Negara merupakan alat bagi golongan kapitalis untuk menindas golongan buruh. Hal ini nampak pada negara kapitalis yang dikuasai oleh kaum borjuis yang menindas para kaum buruh.
Ketiga, aliran pikiran lainnya, yaitu teori integralistik yang diajarkan Spinoza, Adam Muller, Hegel pada abad 18-19. Menurut aliran ini negara tidak menjamin kepentingan seseorang ataupun golongan. Negara ialah suatu kesatuan yang tergabung secara integral. Negara tidak memihak pada golongan yang kuat ataupun besar, tetapi menjamin kepentingan dan keselamatan masyarakat secara luas. Soepomo sendiri menentang faham individualis dan faham sosialis seperti Soviet Rusia yang bersifat dictator proletariat. Menurut Soepomo suatu negara harus memiliki ciri khas tersendiri yang mewakili kondisi masyarakat dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Soepomo menghendaki persatuan dari seluruh golongan masyarakat. Setelah itu Soepomo menganjurkan kepada hadirin untuk memilih aliran mana yang akan dipakai.
Selanjutnya pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mendapatkan giliran untuk menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara. Menurut Ir Soekarno dasar bangsa Indonesia merdeka itu adalah suatu negara yang akan didirikan yang disebut Philosophische grondsag, yaitu fundamental, filsafat, jiwa, pikiran yang sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan Indonesia yang merdeka. Selanjutnya Ir. Soekarno mengusulkan dasar negara Indonesia yang disebut sebagai Pancasila yaitu:
1.Kebangsaan (nasionalisme)
2.Kemanusiaan (internasionalisme)
3.Musyawarah, mufakat, perwakilan
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan yang berkebudayaan

Jika para anggota tidak menyetujui dengan gagasan tersebut maka dapat di persempit menjadi Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi, Ketuhanan atau Trisila, dapat juga dipersempit menjadi ekasila yaiu gotong royong. Setelah pidato dari Ir. Soekarno, sidang pertama BPUPKI dianggap cukup. Setelah itu dibentuk panitia berjumlah delapan orang yang bertugas menyusun dan mengelompokkan semua usulan tersebut. Dalam rapat ini ditemukan perbedaan antara golongan yang beragama Islam menghendaki agar negara berdasar atas syariat Islam, sedangkan golongan nasionalis menghendaki bahwa negara tidak berdasar pada agama tertentu. Untuk memecahkan masalah tersebut dibentuklah panitia dengan jumlah sembilan orang.
Panitia Sembilan melakukan sidang pada tanggal 22 Juni 1945 didapat suatu kesepakatan dimana tertuang dalam Mukadimah (preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar negara adalah:
1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kemudian oleh Moh. Yamin, kesepakatan tersebut dipopulerkan dengan nama Piagam Jakarta.

Selanjutnya BPUPKI melakukan sidang yang kedua yaitu pada tanggal 10 Juli 1945. Dalam sidang ini diputuskan bahwa masalah tentang dasar negara telah selesai. Selanjutnya sidang tersebut membahas materi undang-undang dasar dan penjelasannya. Sidang kedua BPUPKI ini juga menentukan bentuk negara jika Indonesia merdeka. Republic merupakan bentuk negara yang disepakati. Sedangkan wilayah negara disepakati bekas Hindia-Belanda ditambah Papua dan Timor Timor.
Pada saat itu Sekutu mulai bangkit dan menyerang pihak Jepang. Kedudukan Jepang semakin terdesak sehingga pihak Jepang sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 7 September 1945. Akan tetapi pada bulan Agustus terjadi perubahan yang cepat dan Jendral Terauchi menyetujui pembentukan PPKI (Dokuritzu Zyunbi Iinkai) yang bertugas melanjutkan tugas BPUPKI dalam rangka pemindahan kekuasaan. PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua adalah Ir. Soekarno. Kemudian perubahan kembali terjadi saat Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Kemudian Ir. Soekarno berusaha agar Indonesia merdeka lebih awal dengan jerih payah bangsa Indonesia sendiri. Kemudian anggota PPKI di tambah agar kinerja lebih efektif dan matang.

Dengan adanya kondisi yang tidak menentu serta terjadinya vacum of power setelah Jepang kalah terhadap Sekutu membuat pemuda ingin agar Indonesia segera merdeka. Di sini terjadi perbedaan pendapat mengenai kapan pelaksanaan proklamasi. Golongan muda yang lebih agresif menghendaki proklamasi dilakukan secepatnya. Sedangkan golongan tua menanti waktu yang tepat dan menunggu kejelasan dari Jepang. Perbedaan itu semakin memuncak saat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta di bawa ke Rengasdengklok oleh para pemuda dengan tujuan agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Akhirnya golongan tua setuju agar proklamasi dilaksanakan. Kemudian Soekarno-Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan teks proklamasi. Kemudian Teks tersebut di ketik oleh Sayuti Melik. Kemudian pada tanggal 17 agustus 1945 di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta pada hari Jumat Legi pukul 10.00 WIB Soekarno-Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan mengatas namakan bangsa Indonesia.
Setelah proklamasi PPKI melakukan sidang tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945. Sidang pertama dilakukan dengan kilat. Dari sidang pertama tersebut dihasilkan tiga putusan, yang pertama adalah pengesahan UUD negara setelah terdapat beberapa perubahan. Kedua adalah terpilihnya Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Yang ketiga adalah membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR terbentuk.
Sidang kedua PPKI dilakukan pada tanggal 19 Agustus 1945. Dalam sidang tersebut berhasil menetapkan beberapa hal antara lain:
Tentang daerah propinsi dengan pembagiannya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil. Kemudian ditetapkannya 12 Departemen, yaitu Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran, pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum.
Sidang ketiga PPKI diadakan pada tanggal 20 Agustus 1945. Pada sidang ini dibicarakan agenda tentang Badan Penolong Korban Perang. Adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri dari delapan pasal, salah satunya adalah pasal kedua tentang pembentukan Badan Keamanan Rakyat. Sidang PPKI yang keempat dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang ini membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia yang pusatnya di Jakarta.

C.Penutup

Pancasila merupakan sebuah hasil dari pemikiran para pendiri bangsa. Mereka dengan segenap kemampuan yang dimiliki berusaha mewujudkan suatu negara yang merdeka dan adil serta makmur. Pancasila lahir dari sebuah sejarah yang sangat panjang yang bermula dari kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang telah mencetuskan suatu gagasan tentang pemersatuan nusantara. Hal serupa juga dilakukan setelah merdeka menjadi suatu negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari ratusan pulau. Pancasila mengandung nilai yang mampu membawa kepada kehidupan yang baik. Nilai Pancasila bersifat dinamis sesuai dengan keadaan sekarang namun tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan sesuai tuntutan zaman.
Untuk mencapai hal semacam itu dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, memerlukan begitu banyak pengorbanan baik berupa materi, fisik maupun nyawa. Oleh karena itu sebagai generasi penerus hendaknya mampu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, mampu mengembangkan sehingga mampu menuju negara yang adil, makmur, serta maju di segala bidang sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan pendiri bangsa yang tertuang dalam Pancasila.

Daftar pustaka

Sri Jutmini. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Solo. Tiga Serangkai.

Sunardi. 2003. Pendidikan Pancasila. Solo. Tiga Serangkai.

Rukiyati, M.Hum., dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. UNY Press.

http://www.scribd.com/doc/22602776/Tugas-Makalah-Pancasila-Sejarah-Perjuangan-Bangsa-Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification